Pada sebuah hati yang
terpinggirkan. Hati yang samar-samar
lebih mirip serpihan, atau butiran debu dipinggir jalan. Diterbangkan kemana
saja, dan dihempaskan sesuka hati.
Pada sebuah hati yang
terpinggirkan. Dimana luka menjadi “hidup”nya. Dimana kepahitan menjadi “mimpi”nya.
Dan perih menjadi “kenyataannya”.
Pada sebuah hati yang
terpinggirkan. Ada kenyataan yang
menghilangkan. Hujan yang luruh dari kedua mata pemiliknya, dan mendung
disebalik senyum yang bohong itu.
Hati itu bersisian dengan
jalan. Mencari bagian patahannya yang mungkin sudah diterbangkan angin. Atau mungkin
sekedar merutuk gusar pada darah yang tak berhenti menetes dari luka
menganganya..
Pada sebuah hati yang
terpinggirkan. Jangan ajari dia memaafkan.
Sudah milyaran maaf yang terlepas ikhlas darinya. Hanya untuk seseorang.
Selalu saja, seseorang yang sama.
Pada sebuah hati yang
terpinggirkan. Ditengah malam yang semakin larut. dan jalan yang mulai lengang,
seorang wanita berwajah sendu memungutnya. Wanita dengan bekas air mata yang
mengering dikedua pipinya. “ah, akhirnya! Aku menemukan hatiku. Sudah tidak
berbentuk. Seseorang yang kucintai itu mungkin membuangnya dipinggir jalan”
Pikirnya senang.
Makassar,
16 juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar