selamat sore, kamu senja dilangit memoryku.
seperti senja yang sudah sudah, kamu selalu hadir bersama
bias bias cahayanya yang menarik perhatian. bayangmu menyelinap masuk pada
tarian perpisahan yang dipentaskan sang mentari padaku.
ya, ini masih tentang kamu yang tak pernah terhapus dalam
laci-laci ingatanku. sedang apa disana? boleh kutebak? apa kamu juga
merindukanku? ah sudahlah aku mugkin terlalu berharap untuk hal yang satu ini.
aku mungkin terlalu mengada-ada untuk sebuah kenyataan bahwa kita saling
merindukan. yang ada hanya aku yang merindukanmu. ya, hanya satu pihak, dan
lagi lagi itu aku.
jadi apa kabar kamu? sedang termenung memandangi senja
sama sepertiku? atau sedang sibuk bersama wanita baru yang telah mengisi setiap
kekosonganmu yang tak pernah mampu kuisi? lagi lagi, pertanyaan yang kujawab
sendiri itu berlalu diserap cahaya senja yang semakin rumit.
jadi apa kabar kamu? apa sedag mengingat-ingat setiap
kebahagiaan kecil yang pernah kita ciptakan bersama? atau air mata yang
berjatuhan ketika kita sedang bertengkar? aku rindu sekali masa itu. masa
dimana aku menjadi satu-satunya dan kamu menjadi yang pertama untuk teakhir
kalinya.
jadi, apa kabar kamu? ini sudah pertanyaan ketiga, dan
jawabanya masih tetap aku yang mereka-reka. sesungguhnya aku rindu mendengar
suaramu. aku rindu menatap senyummu. aku rindu setiap gelak tawa yang tercipta
dari canda kecil kita, aku rindu setiap hal yang membuatmu merindukanku.
senja semakin pudar, aku masih disini. terpaku oleh kenangan
masa lalu yang begitu kuat denganmu.
sementara kamu? keberadaanmu pun tak lagi kuketahui. bisa
saja kau sedang melihat senja yang sama denganku. senja yang mengabu tanpa ada
kamu disampingku. bangku kananku kosong. aku tak lengkap. tawaku hampa, aku tak
bahagia. air mataku beku, aku tak tau cara menangis tanpa ada tanganmu yang
menghapus letup-letup emosi pada air yang mengalir bebeas pada pipiku.
lalu apa kerinduan yang pekat ini hanya meracuniku? hanya
jadi milikku?
apa setiap rasa sesak yang tercipta dari kerinduan ini hanya
aku yang rasa? sementara kamu tak lagi ingat bagaimana itu sesak?
aku tak lagi tau dimana hatimu terletak. tapi, kalau kau
membaca ini, mungkin aku masih sibuk menjaga hatiku yang sudah retak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar