tadi baru saja saya bersama ketiga teman menyanyikan sebuah lagu "Pergilah kasih" ya, lagu yang aslinya di nyanyikan oleh alm. Chrisye kemudian di recyle ulang oleh grup band D'Masiv. well.. ini bukan tentang mereview lagu, band, atau sebangsanya. bukan, saya tidak pernah bakat dibagian mereview sebuah single. well.. ini dari lirik lagu sih, kemudian ditengah-tengah teman saya yang asik menyanyi, saya tiba-tiba nyeletuk
"Wah, pasti yang ditinggalin ini hatinya hancur banget ya?" saya berujar dengan wajah serius.
"iya,.." salah satu teman saya menjawab singkat
*seruput kopi dulu*
well sebelum ngebaca postingan ini, kalian bisa buru-buru ngedownload lagu ini., atau langsung puter di mp3 kalau udah punya file nya *bukan promosi*
nah, berbicara tentang meninggalkan dan ditinggalkan, akan memilih jadi yang meninggalkan atau ditinggalkan? 99% dari survei yang saya lakukan secara (sok tau) dikalangan teman-teman dengan sukses menjawab "meninggalkan". banyak yang beranggapan bahwa meninggalkan jauh lebih baik dari yang ditinggalkan. kata mereka, dengan meninggalkan kita tidak perlu sakit hati, dengan meninggalkan, kita tidak perlu capek-capek "move on" , dan katanya "pekerjaan" yang meninggalkan itu akan jauh lebih mudah, lebih ringan, dari pada yang ditinggalkan. dulu saya juga berpikir seperti itu, meninggalkan adalah hal yang jauh lebih mudah daripada ditinggalkan, tinggal membawa koper, dan tak perlu berbalik pada yang ditinggalkan, iya semudah itu.
tapi benarkah seperti itu? benarkah meninggalkan semudah itu?
kemudian saya berpikir, bahwa ternyata tidak semudah itu, bahwa ternyata tidak sesederhana itu. perkara meninggalkan adalah hal yang sulit. kau harus bersiap-siap untuk segala konsekuensi dari pilihan mu meninggalkan. dituduh sebagai mereka yang "lemah" karena pergi. dituduh sebagai mereka yang menolak untuk berjuang karena memilih untuk meninggalkan. dituding sebagai dia yang yang tidak pernah mengerti perasaan yang ditinggalkan.
meninggalkan itu konsekuensi yang berat, kita yang akan pergi, artinya dia yang harus lebih "berhati-hati" dalam "perjalanan" selanjutnya. pernahkah kalian berpikir bahwa menjadi pihak yang meninggalkan pun tidak sedikit yang "merasa sakit?" meski secara mata manusia, lebih sakit yang ditinggalkan, tapi bukankah cinta jika memang "saling" maka keduanya akan terasa sakit?
apapun alasan perpisahan. semanis apapun persiapan untuk sebuah perpisahan, dan seperti apapun kita mempersiapkan diri untuk sebuah perpisahan, kita tidak akan pernah siap, kita akan selalu "kalah"
rasa kehilangan adalah akibat dari perpisahan. seharusnya kehilangan mengajari kita untuk jauh lebih ikhlas, dan menghargai siapapun, apapun yang berada disekitar kita. sayapun demikian, saya adalah salah satu orang yang baru bisa menghargai sesuatu kalau sesuatu itu sudah hilang sudah tidak ada. sampai pada akhirnya saya sadar, sebenarnya, penyesalan tidak pernah datang terlambat, dia hanya datang sesudah kehilangan mulai terasa.
perkara meninggalkan dan ditinggalkan, juga rasa kehilangan dan berpisah adalah keadaan yang sulit untuk kita lewati. ditahan atau dibiarkan bebas, resiko memang selalu menjadi hal yang tak pernah siap kita hadapi, sekalipun siap, kita selalu "diganggu" oleh ketidaksiapan.
*lanjut nyeruput kopi*
*ditujes pasangan yang baru aja putus*
stephanie litha
"Wah, pasti yang ditinggalin ini hatinya hancur banget ya?" saya berujar dengan wajah serius.
"iya,.." salah satu teman saya menjawab singkat
*seruput kopi dulu*
well sebelum ngebaca postingan ini, kalian bisa buru-buru ngedownload lagu ini., atau langsung puter di mp3 kalau udah punya file nya *bukan promosi*
nah, berbicara tentang meninggalkan dan ditinggalkan, akan memilih jadi yang meninggalkan atau ditinggalkan? 99% dari survei yang saya lakukan secara (sok tau) dikalangan teman-teman dengan sukses menjawab "meninggalkan". banyak yang beranggapan bahwa meninggalkan jauh lebih baik dari yang ditinggalkan. kata mereka, dengan meninggalkan kita tidak perlu sakit hati, dengan meninggalkan, kita tidak perlu capek-capek "move on" , dan katanya "pekerjaan" yang meninggalkan itu akan jauh lebih mudah, lebih ringan, dari pada yang ditinggalkan. dulu saya juga berpikir seperti itu, meninggalkan adalah hal yang jauh lebih mudah daripada ditinggalkan, tinggal membawa koper, dan tak perlu berbalik pada yang ditinggalkan, iya semudah itu.
tapi benarkah seperti itu? benarkah meninggalkan semudah itu?
kemudian saya berpikir, bahwa ternyata tidak semudah itu, bahwa ternyata tidak sesederhana itu. perkara meninggalkan adalah hal yang sulit. kau harus bersiap-siap untuk segala konsekuensi dari pilihan mu meninggalkan. dituduh sebagai mereka yang "lemah" karena pergi. dituduh sebagai mereka yang menolak untuk berjuang karena memilih untuk meninggalkan. dituding sebagai dia yang yang tidak pernah mengerti perasaan yang ditinggalkan.
meninggalkan itu konsekuensi yang berat, kita yang akan pergi, artinya dia yang harus lebih "berhati-hati" dalam "perjalanan" selanjutnya. pernahkah kalian berpikir bahwa menjadi pihak yang meninggalkan pun tidak sedikit yang "merasa sakit?" meski secara mata manusia, lebih sakit yang ditinggalkan, tapi bukankah cinta jika memang "saling" maka keduanya akan terasa sakit?
apapun alasan perpisahan. semanis apapun persiapan untuk sebuah perpisahan, dan seperti apapun kita mempersiapkan diri untuk sebuah perpisahan, kita tidak akan pernah siap, kita akan selalu "kalah"
rasa kehilangan adalah akibat dari perpisahan. seharusnya kehilangan mengajari kita untuk jauh lebih ikhlas, dan menghargai siapapun, apapun yang berada disekitar kita. sayapun demikian, saya adalah salah satu orang yang baru bisa menghargai sesuatu kalau sesuatu itu sudah hilang sudah tidak ada. sampai pada akhirnya saya sadar, sebenarnya, penyesalan tidak pernah datang terlambat, dia hanya datang sesudah kehilangan mulai terasa.
perkara meninggalkan dan ditinggalkan, juga rasa kehilangan dan berpisah adalah keadaan yang sulit untuk kita lewati. ditahan atau dibiarkan bebas, resiko memang selalu menjadi hal yang tak pernah siap kita hadapi, sekalipun siap, kita selalu "diganggu" oleh ketidaksiapan.
*lanjut nyeruput kopi*
*ditujes pasangan yang baru aja putus*
stephanie litha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar