apa yang patah, memang seringkali menyakiti. apalagi hati.
cloudy menghempas kepalanya di atas tempat tidur, matanya memandang ke arah langit-langit kamar, sesekali dia menghela nafas berat. pikirannya kacau, dadanya sesak. sesuatu yang begitu hebat telah menyusupi jatuh cinta, ya beberapa orang mengamini bahwa apa yang dialami cloudy adalah jatuh cinta.
namanya langit, pria tinggi berlesung pipi yang begitu hemat bicara. cloudy mengenalnya 3 bulan ini, disebuah kedai kopi tempat cloudy biasa menghabiskan berjam-jam dari satu harinya, sampai kedai bernuasa klasik yang dipenuhi wangi kopi itu akan ditutup.
langit adalah pendiam. begitu kesan awal cloudy. mereka berkenalan ketika tak ada satu tempat dudukpun yang kosong di kedai itu, kecuali di hadapan langit.
"disini kosong kan? boleh duduk disini?" sapa cloudy manis. pria dengan rambut lurus yang sedang sibuk dengan bukunya itu mengangkat wajah tersenyum, yang mungkin lebih mirip "senyum gagal".
"boleh" jawabnya singkat, sambil kembali menyibukkan diri dengan bukunya.
"baca buku?" cloudy bertanya, bola matanya yang bulat besar itu selalu berhasil mengekspresikan sesuatu ketika sedang tertarik pada sesuatu.
"bertanya sama aku?" pria itu menurunkan buku dari pandanganya kemudian memandang dengan tatapan "elo sok kenal banget sih"
"hmm.. iya, yang depanku kan kamu, jelas aku nanya sama kamu, masa sama cangkir penuh coklat yang tadinya panas tapi berubah jadi dingin gara-gara dianggurin?" cloudy berbicara tanpa henti, kecepatan bicaranya mungkin saingan dengan cahaya. pria itu menatap dengan dingin, sedikit melirik dan membuka mulut untuk membaca
"kelihatannya gimana? lagi menjahit?" pria itu memasang wajah datar kemudian kembali ke "Dunia" nya. mulut cloudy setengah terbuka, matanya berkedip, wajahnya menunjukkan raut kesal.
"laki-laki aneh, datar. kayak tv dirumah" ujar cluody dalam hati.
"pesan apa mbak?"
"biasaaaa... " cloudy tersenyum sambil berkedip, pelayan disana kenal betul dengan gadis periang ini, beberapa menit kemudian, sebuah kopi hitam pekat pahit dengan asap yang mengepul dari cangkir putihnya terhidang dihadapan cloudy. wajah cloudy kembali cerah, matanya memejam, sambil sesekali menghirup kepulan asap dari cangkir itu.
"dasar aneh" pria itu berujar sambil menatap cloudy yang sedang menghirup kepulan asap kopinya dengan wajah datar.
"Apa kamu bilang? aneh? kamu itu yang aneh" cloudy berbicara dengan suara stengah membentak.
"ya kamu aneh. perempuan, minumnya kopi, dan apa untungnya menghirup kepulan asap itu?" pria itu berbicra dengan intonasi tenang, cloudy bisa mengira, nilai bahasa indonesianya pasti 9.5, kenapa gak 10? soalnya -5, dia sarkastik sekali.
cloudy menghempas kepalanya di atas tempat tidur, matanya memandang ke arah langit-langit kamar, sesekali dia menghela nafas berat. pikirannya kacau, dadanya sesak. sesuatu yang begitu hebat telah menyusupi jatuh cinta, ya beberapa orang mengamini bahwa apa yang dialami cloudy adalah jatuh cinta.
namanya langit, pria tinggi berlesung pipi yang begitu hemat bicara. cloudy mengenalnya 3 bulan ini, disebuah kedai kopi tempat cloudy biasa menghabiskan berjam-jam dari satu harinya, sampai kedai bernuasa klasik yang dipenuhi wangi kopi itu akan ditutup.
langit adalah pendiam. begitu kesan awal cloudy. mereka berkenalan ketika tak ada satu tempat dudukpun yang kosong di kedai itu, kecuali di hadapan langit.
"disini kosong kan? boleh duduk disini?" sapa cloudy manis. pria dengan rambut lurus yang sedang sibuk dengan bukunya itu mengangkat wajah tersenyum, yang mungkin lebih mirip "senyum gagal".
"boleh" jawabnya singkat, sambil kembali menyibukkan diri dengan bukunya.
"baca buku?" cloudy bertanya, bola matanya yang bulat besar itu selalu berhasil mengekspresikan sesuatu ketika sedang tertarik pada sesuatu.
"bertanya sama aku?" pria itu menurunkan buku dari pandanganya kemudian memandang dengan tatapan "elo sok kenal banget sih"
"hmm.. iya, yang depanku kan kamu, jelas aku nanya sama kamu, masa sama cangkir penuh coklat yang tadinya panas tapi berubah jadi dingin gara-gara dianggurin?" cloudy berbicara tanpa henti, kecepatan bicaranya mungkin saingan dengan cahaya. pria itu menatap dengan dingin, sedikit melirik dan membuka mulut untuk membaca
"kelihatannya gimana? lagi menjahit?" pria itu memasang wajah datar kemudian kembali ke "Dunia" nya. mulut cloudy setengah terbuka, matanya berkedip, wajahnya menunjukkan raut kesal.
"laki-laki aneh, datar. kayak tv dirumah" ujar cluody dalam hati.
"pesan apa mbak?"
"biasaaaa... " cloudy tersenyum sambil berkedip, pelayan disana kenal betul dengan gadis periang ini, beberapa menit kemudian, sebuah kopi hitam pekat pahit dengan asap yang mengepul dari cangkir putihnya terhidang dihadapan cloudy. wajah cloudy kembali cerah, matanya memejam, sambil sesekali menghirup kepulan asap dari cangkir itu.
"dasar aneh" pria itu berujar sambil menatap cloudy yang sedang menghirup kepulan asap kopinya dengan wajah datar.
"Apa kamu bilang? aneh? kamu itu yang aneh" cloudy berbicara dengan suara stengah membentak.
"ya kamu aneh. perempuan, minumnya kopi, dan apa untungnya menghirup kepulan asap itu?" pria itu berbicra dengan intonasi tenang, cloudy bisa mengira, nilai bahasa indonesianya pasti 9.5, kenapa gak 10? soalnya -5, dia sarkastik sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar