aku tersenyum memandangi langit kota makassar sore ini. mendung, hitam pekat, dan diselingi gerimis. aku baru saja bangun dari tidurku, saat pikirinku masih terfokus padamu. kamu. seseorang yang kuakui telah memberi banyak warna dihidupku.
aku tidak pernah menyangka, akan ada kamu, di hari-hariku
aku tak pernah berpikir, akan ada "kita" dalam episode kehidupan ini
aku pun tak pernah coba menerka bahwa akan ada tangis dan tawa yang berjalan beriringan, mengikuti langkah kita.
kamu menghadirkan kebahagiaan dalam hidupku.
"terlalu naifkah, jika kusebut itu cinta?"
aku terlalu takut mengakuimu disini. aku tidak sanggup menerima keadaan bahwa aku mencintai kamu.
kamu menunjukkan semua hal dengan pandanganmu, dan sekarang waktu mulai berjalan melewati kita.
aku bungkam tanpa suara, dan semua sikapmu terlihat seperti ingin menunjukkan cinta.
entahlah,
apa sikapmu yang terlalu taksa, atau aku yang terlalu berlebihan dalam menerjemahkan setiap sikap manismu?
kamu tidak menyangkal kalau ini cinta. aku tau itu dari sikapmu.
tapi sayangnya, yang kamu sebut cinta ini, luka untukku.
ada tembok besar yang menjadi penghalang antara aku dan kamu.
ya. jarak, dan keyakinan kita.
aku terpuruk dalam ketidak berdayaanku. semua "cinta" yang kau bawa, kini berubah menjadi luka yang membuat hatiku tak berbentuk lagi.
aku meradang.
cinta membuatku benar-benar tak bisa menekan gejolak hatiku
aku menjadi bodoh.
selalu dan selalu saja
semua yang menurutmu cinta, adalah awal dari air mataku
aku tidak pernah menyangka, akan ada kamu, di hari-hariku
aku tak pernah berpikir, akan ada "kita" dalam episode kehidupan ini
aku pun tak pernah coba menerka bahwa akan ada tangis dan tawa yang berjalan beriringan, mengikuti langkah kita.
kamu menghadirkan kebahagiaan dalam hidupku.
"terlalu naifkah, jika kusebut itu cinta?"
aku terlalu takut mengakuimu disini. aku tidak sanggup menerima keadaan bahwa aku mencintai kamu.
kamu menunjukkan semua hal dengan pandanganmu, dan sekarang waktu mulai berjalan melewati kita.
aku bungkam tanpa suara, dan semua sikapmu terlihat seperti ingin menunjukkan cinta.
entahlah,
apa sikapmu yang terlalu taksa, atau aku yang terlalu berlebihan dalam menerjemahkan setiap sikap manismu?
kamu tidak menyangkal kalau ini cinta. aku tau itu dari sikapmu.
tapi sayangnya, yang kamu sebut cinta ini, luka untukku.
ada tembok besar yang menjadi penghalang antara aku dan kamu.
ya. jarak, dan keyakinan kita.
aku terpuruk dalam ketidak berdayaanku. semua "cinta" yang kau bawa, kini berubah menjadi luka yang membuat hatiku tak berbentuk lagi.
aku meradang.
cinta membuatku benar-benar tak bisa menekan gejolak hatiku
aku menjadi bodoh.
selalu dan selalu saja
semua yang menurutmu cinta, adalah awal dari air mataku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar