pagi ini, aku terbangun lalu kembali mengingat-ingat beberapa percakapan yang sudah kita bincangkan. kuambil headset, menyumbat telingaku dengan lagu-lagu favoritemu, lagu-lagu yang berhasil mengantarkan memori ingatan ku kepadamu. hitungan detik-demi-detik, aku menikmati nadanya, kalimatnya, dan ingatanku yang berpaling padamu yang berbanding terbalik dengan sikapmu yang padaku hanya seadanya.
ini masih saja tentang aku yang bernafas disebalik punggungmu. berusaha menahan segala sedu sedan perasaan yang tak mungkin untuk sebuah pengungkapan. kamu tidak tahu kan? bahwa perilakumu selalu aku jadikan dambaan dan berharap suatu saat nanti, aku ada didalamnya. aku bisa menikmatinya. ucapanmu yang selalu aku ingat dan tak pernah bisa aku sangkal. pandanganmu yang melayang pada mataku, yang tak pernah mampu aku tolak selain menatap ke arah lain dan berharap detak jantungku tak berbunyi terlalu keras agar kau tak mendengarnya.
aku memberi tindakan nyata yang kau anggap biasa, memberimu kata-kata indah, yang kau anggap sebagai suatu candaan.
tolong beri tahu, aku harus bagaimana? disaat rasa didada yang semakin menyesaki ini tak mampu lagi kutahan? kamu masih saja menutup mata dan menganggap ini adalah perasaan yang biasa saja. disaat aku mengaku siap untuk menyerah, kamu lagi-dan-lagi menebar harapan.
kamulah mungkin, satu hal yang membuatku mempercayai bahwa menunggu tak pernah membosankan, tapi aku tidak tau sampai kapan. selamanya? ah apa hatimu sekejam itu?
tapi.. bukan.. bukan salahmu sepenuhnya. bukan juga kamu yang tega. aku yang sudah memilih kamu sebagai cinta. tak pernah logis berpikir kau akan membalas, atau malah mengeras.
tapi akhir-akhir ini aku sering memaksa ya? benar katamu, cinta itu memaksa. memang yang sedang aku jalani adalah memaksakan kamu tersenyum karena aku dan tetap nyaman disampingku.
aku mendukung pernyataanmu sekarang. cinta memang harus dipaksakan, tapi jika memang tidak bisa, setidaknya aku sudah pernah berjuang kan?
perjuangan yang sedang aku jalani, tidak kuceritakan pada siapapun termasuk kamu yang sedang kuperjuangkan. kamu adalah cit-cita yang (masih) ingin kukejar.
aku hanya berharap satu hal, suatu hari kamu akan menoleh ke belakang, dan menganggapku bukan sekadar kawanmu yang biasa... iya. suatu hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar