"bagaimana mungkin aku bisa meminta yang "lebih" baik pada Tuhan, jika yang "Terbaik" telah pernah singgah dan kumiliki dalam hidup?
entah seperti apa definisi Tulus itu. tak benar-benar sampai logikaku untuk menjelaskannya. jika memang tulus adalah ketika kita memberi semua tanpa beban, dan tanpa berharap apapun, jelas saja, mungkin tak pernah ada mahluk yang tulus di dunia ini. sebab kuyakini, sekalipun memberi dengan ikhlas, kadang masih saja ada sedikit harapan untuk berharap "menerima kembali"
"kau terbaik yang kan pernah ada, terbaik yang kan tlah pernah singgah"
suara lembut ivan handojo membekap telingaku. tak kudengar lagi bunyi-bunyian lain, selain nada suara dan musik serta liriknya yang sendu. kulepas kacamataku, mulai berembun, ah air mata lagi. seharusnya, aku tidak perlu selemah ini menghadapi keadaan yang memang sudah mampu kubaca sedari awal.
sekarang, kamu sudah bersama dia. seharusnya aku tidak perlu lagi menunduk ramah ketika secara tiba-tiba kau datang bertamu ke pikiranku. seharusnya, aku telah mampu tulus, aku telah mampu ikhlas pada kamu yang ternyata sudah jauh lepas.
"Tuhan, ku bersyukur, walau nafasku habis untuknya"
air mata membanjiri kedua pipiku. ternyata tidak semudah ini. ternyata aku tidak sekuat ini. ternyata sesakit ini tertampar keadaan.
"waktu, izinkan aku untuk melihatnya
WALAU SEKALI SAJA, WALAU CINTA BUKAN DIA,
biarkan ku janjikan semua untuknya,
Tuhan ku BERDOA, BIAR KASIH-MU SELIMUTI DIA"
pada akhirnya, lagi-lagi aku hanya mampu jadi pecundang, berharap sang waktu yang senang berlaku keji pada setiap yang menantinya, memberi sedikit belas kasih, agar mungkin saja, jika ini yang terakhir kali, aku tetap masih bisa menatapnya....
dari tempat ini, meski kau sudah dipelukannya. aku masih tetap menyanggupi untuk terus mendoakanmu hingga akhir. apapun bentuk sebuah akhir itu, dengan atau tanpa kamu. sebab ternyata, bahagiamu masih jadi peduliku...
"walau ketulusanku, satu hatiku.. hanya untuk dirimu, hanya mampu untukmu ini keputusan ku 'tuk lepaskanmu"
sebab mungkin memang hanya kamu yang mampu membuat aku menjatuhkan segala perasaan padamu. namun lagi-lagi, aku tersentak oleh keadaan yang bahkan terlambat kusadari. melepaskan kamu, yang bahkan belum pernah benar-benar ada dalam genggaman...
kepadamu,
aku ternyata masih mendoakan kamu.
aku ternyata masih berharap mampu membahagiakanmu.
terima kasih telah pernah singgah, setidaknya aku bersyukur yang terbaik sempat hadir dalam hidupku.
yang tidak pernah lengkap tanpa kamu,
aku.
entah seperti apa definisi Tulus itu. tak benar-benar sampai logikaku untuk menjelaskannya. jika memang tulus adalah ketika kita memberi semua tanpa beban, dan tanpa berharap apapun, jelas saja, mungkin tak pernah ada mahluk yang tulus di dunia ini. sebab kuyakini, sekalipun memberi dengan ikhlas, kadang masih saja ada sedikit harapan untuk berharap "menerima kembali"
"kau terbaik yang kan pernah ada, terbaik yang kan tlah pernah singgah"
suara lembut ivan handojo membekap telingaku. tak kudengar lagi bunyi-bunyian lain, selain nada suara dan musik serta liriknya yang sendu. kulepas kacamataku, mulai berembun, ah air mata lagi. seharusnya, aku tidak perlu selemah ini menghadapi keadaan yang memang sudah mampu kubaca sedari awal.
sekarang, kamu sudah bersama dia. seharusnya aku tidak perlu lagi menunduk ramah ketika secara tiba-tiba kau datang bertamu ke pikiranku. seharusnya, aku telah mampu tulus, aku telah mampu ikhlas pada kamu yang ternyata sudah jauh lepas.
"Tuhan, ku bersyukur, walau nafasku habis untuknya"
air mata membanjiri kedua pipiku. ternyata tidak semudah ini. ternyata aku tidak sekuat ini. ternyata sesakit ini tertampar keadaan.
"waktu, izinkan aku untuk melihatnya
WALAU SEKALI SAJA, WALAU CINTA BUKAN DIA,
biarkan ku janjikan semua untuknya,
Tuhan ku BERDOA, BIAR KASIH-MU SELIMUTI DIA"
pada akhirnya, lagi-lagi aku hanya mampu jadi pecundang, berharap sang waktu yang senang berlaku keji pada setiap yang menantinya, memberi sedikit belas kasih, agar mungkin saja, jika ini yang terakhir kali, aku tetap masih bisa menatapnya....
dari tempat ini, meski kau sudah dipelukannya. aku masih tetap menyanggupi untuk terus mendoakanmu hingga akhir. apapun bentuk sebuah akhir itu, dengan atau tanpa kamu. sebab ternyata, bahagiamu masih jadi peduliku...
"walau ketulusanku, satu hatiku.. hanya untuk dirimu, hanya mampu untukmu ini keputusan ku 'tuk lepaskanmu"
sebab mungkin memang hanya kamu yang mampu membuat aku menjatuhkan segala perasaan padamu. namun lagi-lagi, aku tersentak oleh keadaan yang bahkan terlambat kusadari. melepaskan kamu, yang bahkan belum pernah benar-benar ada dalam genggaman...
kepadamu,
aku ternyata masih mendoakan kamu.
aku ternyata masih berharap mampu membahagiakanmu.
terima kasih telah pernah singgah, setidaknya aku bersyukur yang terbaik sempat hadir dalam hidupku.
yang tidak pernah lengkap tanpa kamu,
aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar