entah sudah berapa lama, aku pun tak benar benar ingat tentang seperti apa dulu, aku pernah begitu hebat melukai diriku sendiri dengan terjatuh mencintaimu begitu lama. aku tak pernah benar-benar sadar, bahwa kau ternyata tak pernah membuka pintu untukku.
jangankan untuk membuat celah, kau bahkan menutupnya terlalu rapat. aku hanya terlalu banyak dibutakan oleh angan-angan yang terlalu sahih dicipta oleh cinta gila ini.
rupanya, cinta bisa begitu hebat melukai. aku tak bisa melihat, seandainya pun bisa, aku mungkin tetap memilih untuk menutup mata dan melanjutkan anganku ini.
aku menjadi pribadi yang begitu percaya pada mimpi. aku percaya setiap hal positif yang dikatakan orang dan menolak hal negatif yang dilempar mereka. intinya, aku hanya tertuju pada satu, pada kamu.
kecewa. aku tak suka matematika, itu pula sebabnya aku tak mau menghitung seberapa sering aku membiarkan hatiku terbang melayang tinggi, tapi memberinya parasut. hasilnya, dia merangsek sempurna tepat disaat yang sama aku kembali kuat melihat senyum mu. senyum yang selalu ku kagumi, senyum yang tak pernah bisa aku tolak.
malam ini, aku kembali memunguti serpihan hatiku, sendirian, iya sendirian. memang tidak pernah ada kamu. dan mungkin akan selamanya, pintu itu tak akan pernah terbuka bagiku bahkan jika itu hanya dalam mimpi sekalipun.
aku menyerah, meski sebenarnya aku tak pernah siap untuk kalah
jangankan untuk membuat celah, kau bahkan menutupnya terlalu rapat. aku hanya terlalu banyak dibutakan oleh angan-angan yang terlalu sahih dicipta oleh cinta gila ini.
rupanya, cinta bisa begitu hebat melukai. aku tak bisa melihat, seandainya pun bisa, aku mungkin tetap memilih untuk menutup mata dan melanjutkan anganku ini.
aku menjadi pribadi yang begitu percaya pada mimpi. aku percaya setiap hal positif yang dikatakan orang dan menolak hal negatif yang dilempar mereka. intinya, aku hanya tertuju pada satu, pada kamu.
kecewa. aku tak suka matematika, itu pula sebabnya aku tak mau menghitung seberapa sering aku membiarkan hatiku terbang melayang tinggi, tapi memberinya parasut. hasilnya, dia merangsek sempurna tepat disaat yang sama aku kembali kuat melihat senyum mu. senyum yang selalu ku kagumi, senyum yang tak pernah bisa aku tolak.
malam ini, aku kembali memunguti serpihan hatiku, sendirian, iya sendirian. memang tidak pernah ada kamu. dan mungkin akan selamanya, pintu itu tak akan pernah terbuka bagiku bahkan jika itu hanya dalam mimpi sekalipun.
aku menyerah, meski sebenarnya aku tak pernah siap untuk kalah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar