#30harimenulissuratcinta

#30harimenulissuratcinta

Senin, 18 Juni 2012

kita, hati yang dipermainkan oleh cinta I

"tidak semua yang aku cintai harus kau cinta. tapi boleh aku minta satu hal? aku hanya minta kau mencintai dirimu sendiri, dan bisa menjaga hatimu. itu saja".

dia tercenung mendengar kalimatku barusan. ada hening yang terselip disela gemuruh perasaan kami berdua. aku dan dia. iya  sepertinya ini akan jadi batas akhir hubungan kami. aku tak berani membayangkan betapa sepi dan gelapnya hidupku tanpa dia. pertengkaran yang akhir-akhir ini sering terjadi diantara kami sepertinya jadi suatu pertanda, akan ada pecahan hati yang segera terjatuh, tepat disaat genggaman tangan kami terlepas, dan kaki kami pun berusah memilih jalan sendiri

"aku sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiranmu Cloudy, kemana kamu saat aku sedang butuh seseorang? kemana kamu saat aku sedang khawatir akanmu?" seluruh emosi larut dalam perkataan Ken barusan. aku tak berusaha mengelak, akhir-akhir ini, aku memang seperti "menjauh" darinya. bukan, bukan inginku, kami berdua terlalu sibuk hanya untuk sekedar makan romantis, menikmati sepotong senja, ataupun tertawa memecah kesedihan. iya, kesibukan yang terlalu ini membuat kami seperti "berjarak"

"ken.." kucoba memegang pundaknya yang segera ditepis oleh tangan dingin itu.

"tidak cloudy, aku tidak butuh penjelasan dan kata maaf darimu. percuma, kamu selalu meminta maaf, kemudia mengulanginya lagi. aku tau kamu bukan malaikat yang bisa menghentikan waktu. tapi kamu punya hak atas dirimu sendiri! kamu bukan lagi anak kecil yang harus diajari bagaimana mengatur waktu" lagi, lagi ken menyudutkanku. Tiga tahun mengenal dia bukan waktu yang singkat, aku sangat tau, dia benar-benar marah saat ini.

"aku.." sekali lagi kalimatku terputus, hanya air mata yang mungkin akan melanjutkan potongan kata dari bibirku yang bergetar ini

"cloudy, sesuai dengan namamu, kamu selalu saja membuat hatiku "mendung" entahlah.. mungkin sebaiknya kita berpisah" dia berucap, seolah-olah kalimatnya itu adalah kalimat biasa yang tak akan meporak-porandakan hati dan mimpi yang sejauh ini kubangun dengannya.. air mataku mengalir semakin deras, selain menangis, aku tidak tau harus melakukan apa. akhirnya, senja disore itu, membawa perpisahan antara kami. senja disore itu, menjadi saat terakhir dimana tangannya yang bergetar mengahapus air mataku

"temukan jalanmu cloudy, kamu berhak mendapatkan lelaki yang pantas. yang tentu jauh lebih baik dariku. kubur mimpi kita, kita terlalu bodoh untuk berusaha mewujudkannya. dan sekarang, ini batas terakhir kebersamaan kita, kuharap kau mengerti. ada banyak mimpi yang menunggumu...." sembari menghapus air mataku dia berbicara pelah, aku masih bisa merasakan desah nafasnya, dan lembut jari-jarinya saat menyentuh wajahku. perlahan. dia melangkahkan kaki. pergi dari tempat ini, dan juga dari hatiku.

setiap kali duduk di tempat ini, aku selalu teringat kamu ken. kejadian dua tahun lalu masih membekas di hatiku. dan masih menyisakan luka. awal-awal kepergianmu, aku benar-benar merasa kesepian menyelimutiky. dimana kamu sekarang? aku mulai bertanya-tanya, sambil membetulkan kacamataku, ku tonton tarian perpisahan yang dimainkan oleh senja kala itu. iya. sama seperti dua tahun lalu, ketika kau memutuskan untuk melepaskanku. aku yang terlalu banyak melukaimu.

sedang apa kamu sekarang? akankah kau merindukanku ken? akankah kau juga mulai terperangkap dalam pusaran masa lalu kita? akankah kau merindukan kembali padaku. cloudy yang begitu mencintaimu. cloudy yang masih berani menyimpan mimpinya walau kau telah menyuruhnya untuk menguburnya. mereka belum mau mati ken.. kembalilah padaku.. ada air mata yang tergolek lemas dipipiku. aku sungguh merindukan ken.

"hey" sebuah suara bass menghentak lamunanku.

"hey.." aku membalas sambil tersenyum pada pemilik suara itu. matanya berbinar. belum pernah aku melihat mata seindah itu.. termasuk mata Ken..

"sedang apa seorang wanita dewasa dengan blazer dan high heels duduk sendiri dipinggir danau? air matamu jatuh..!" dia menyodorkan saputangannya. aku sempat malu, tapi untuk apa, toh dia juga tidak mengenalku.

"Fandy.." dia menyodorkan tangannya

"cloudy.." ucapku singkat.

beberapa saat kemudian aku telah larut dalam obrolan menyenangkan bersama lelaki bernama Fandy ini. entah kenapa, aku seperti menemukan ken dalam dirinya. matanya yang berbinar benar-benar sempat membuatku lupa tentang cintaku pada ken. bukan, aku bukan wanita yang tidak konsisten, itu hanya sesaat kok.
tarian perpisahan senja sudah selesai, kuputuskan pulang kerumah.

"fandy, sudah malam. aku ingin pulang"
fandy tersenyum. bibir tipisnya yang merah benar-benar membuat dia terlihat sempurna..

"silahkan cloudy, senang bisa bertemu dan berbincang denganmu. boleh kuantar?"

"tidak udah. aku bawa mobil kok." aku tersenyum pada fandy. lelaki ini sepertinya lelaki yang baik. betapa berutungnya wanita yang memiliki dia.

"oke. tidak keberatan kalau aku..."

"minta nomer ponsel?" aku menyambung kalimat fandy yang terdengar ragu-ragu. aku tertawa dalam hati. untuk pertama kalinya. setelah kepergian Ken, ada lelaki yang berani sekali menyentuh hidupku. sambil tersenyum kutuliskan nomer ponselku di secarik kertas. sembari berdoa, "Tuhan... kalau memang dia jalanku untuk melupakan Ken, buatlah semua terasa mudah oleh tangan kasih-Mu" doa itu terucap begitu saja tanpa bisa kucegah. aku tersentak sendiri.

kuserahkan secarik kertas itu pada fandy.
"terima kasih, akan kuganggu malam mu oleh suaraku!" godanya sambil tersenyum. didanau itu, kami berpisah. ada hati yang berharap bertemu lagi. iya. itu hatiku.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar