#30harimenulissuratcinta

#30harimenulissuratcinta

Sabtu, 29 September 2012

jadi begini ceritanya..

selamat malam  saya tujukan kepada setiap orang yang mengenal saya. hal pertama, saya ucapkan maaf yang sebesarnya kepada kalian yang menyayangi saya tetapi sangat kecewa terhadap sikap dan tindakan saya selama ini. saya begitu mengerti dengan kekecewaan yang kalian rasakan. kalau kalian tanya kenapa saya seperti ini? tidak bisa di salahkan siapa-siapa, sepenuhnya ini salah diri saya sendiri
seperti judul, malam ini..
sebenarnya saya butuh teman curhat, tapi dalam keadaan seperti ini saya begitu yakin bahwa tidak akan ada yang mau mendengar saya.
teruntuk kedua orang tua yang mungkin memiliki rasa kecewa yang begitu besar terhadap anakmu ini... saya mengerti jika kekecewaan kalian memuncak dan sulit memaafkan bahkan menerima saya sebagai seorang anak lagi. maafkan saya, mama papa.
entah berapa banyak perkataan kalian yang begitu menjadi angin lalu ditelinga saya. entah berapa banyak pula, nasihat kalian yang diremehkan oleh saya, anak kalian.
sejujurnya, saya tidak mengerti harus mengatakan apa. dulu saya mau jujur, tapi kalian menanggapinya dengan tidak siap, sehingga saya pun menjadi tidak siap lalu menolak memberi tahu yang sebenarnya.
teruntuk kedua orang tua dan kakak yang begitu saya kasihi..
kalau kalian berfikir bahwa saya belum berubah, kalian salah besar. kalau dengan datangnya masalah ini kalian berpikir bahwa saya sama saja dengan saya yang dulu, kalian salah besar.
saya akui, memang terlalu pecundang untuk mengakui setiap kesalahan masa lalu yang saya buat, selain karena saya pecundang, juga karena ketidaksiapan kalian dalam menerima setiap kejujuran yang akan saya katakan.
mama, papa, dan kakak yang begitu menjadi kesayangan...
saya sudah berubah, namun jika dengan datangnya masa lalu kalian menganggap bahwa saya tidak pernah berubah, bahwa saya sama saja, itu kembali lagi menjadi hak kalian.
saya benar-benar tidak berhak merubah paradigma kalian kalau kalian sendiri tidak percaya kepada saya..
mama, papa dan kakak yang menjadi pembimbingku..
jika kekecewaan kalian sudah begitu memuncak, saya siap melangkahkan kaki keluar dari tempat yang pernah kita sebut rumah ini.
kalian telah memberi begitu banyak kesempatan. sangat wajar jika batas kesabaran kalian terhadap saya memuncak dan akhirnya habis.
saya siap dengan segala konsekuensi yang ada.


yang mencintai kalian



Stephanie Litha

Jumat, 28 September 2012

untuk yang menjadi segalanya bagiku...

surat ini kutujukan dengan hati-hati masih kepada kamu, tempat inspirasiku mengada. ini suratku yang keberapa yah? ah aku lupa... setiap aku mau menulis, aku tidak bisa menahan kepalaku yang berisi otak untuk tidak memikirkan kamu. seperti yang sudah-sudah, kamulah tempat inspirasiku mengada. hari ini, kutuliskan surat cinta.
lucu? silahkan tertawa. meski aku tau, paragraf-paragraf ini mungkin nantinya akan berdebu, tak pernah sekalipun terbaca oleh kamu. atau mungkin akan terbaca, nanti.. disaat kita menemukan kebahagiaan masing-masing...
aku tak ingin berlama-lama, surat ini kutulis dengan penuh cinta, untuk kamu yang diciptakan dengan cinta dan penuh dengan kebahagiaan. kamu tidak pernah mengenal aku. hanya aku yang mengenal kamu. kamu tidak pernah sadar akan keberadaan ku, hanya aku yang selalu sadar akan hadirmu. kamu tidak pernah melihat aku, seiistimewa aku melihat kamu. ya. aku adalah bumi, dan kamu matahari. pusat tata surya. aku hanya secuil dari banyak wanita yang kagum akan kamu.
aku tidak mau menyebutkan namamu. entah berapa kepala yang sibuk menerka dan mereka-reka siapa kamu. buatku, kamu adalah rahasia yang patut aku jaga untuk diriku sendiri.
kepalaku adalah kamera, mengutip setiap gerak gerik yang kau lakukukan tepat didepan kedua mataku. memotretmu dan menyimpan gambarmu dalam setiap laci-laci ingatan yang tersusun rapi di otakku.,
aku sering membayangkan kamu. tak terhitung berapa mimpiku yang berhasil kau masuki dengan gampangnya. aku juga sering memperhatikanmu dari jauh. caramu tersenyum, tertawa, bercanda, semua jadi hal penting yang luar biasa.
kamu, pria yang menjadi kesayanganku.
aku sangat ingin mengeluarkan, dan memberi tahu apa yang aku rasa. aku sangat ingin kamu menjadi alasan sederhana dan utama kenapa aku harus terus bahagia.
tapi aku tidak berani untuk mengatakannya. mengagumimu pun aku harus berhati-hati... aku tak mau rasa kagumku membuatmu risih lalu menghilang dari peredaran tata surya yang kucipta sendiri dalam ruang imaji milikku.
kamu menjadi segalanya bagiku..
sangat istimewa. kamu tau kenapa?
Karena aku selalu bisa merindukanmu dengan banyak cara SEDERHANA. 

Selasa, 25 September 2012

untukmu...

jadi bagaimana caraku bisa menghindarimu ketika mataku terus mencari kamu?
jadi bagaimana caraku bisa melupakanmu ketika pikiranku terus tertuju padamu?
dan bagaimana caraku bisa menepikanmu, ketika setiap pikiranku berpusat padamu?
bagaimana?
sampai saat ini aku belum menemukan penjelasan apa yang membuat rasa kagum dihatiku terus menerus meletup tanpa mampu kukendalikan. bukan.. aku bukannya tidak kuat. aku hanya menikmati setiap rasa yang diciptakan dari kekagumanku pada kamu.
memikirkanmu menjadi hoby paling menyenangkan yang kumiliki saat ini.
aku berlebihan?
kupikir tidak. aku tertarik. kagum. pada kamu yang memang menarik dan mengagumkan.
lalu aku bisa apa?
memilih berhenti mengagumimu?
jangan bercanda. kita hampir setiap hari bertemu. mungkin sekilas. mungkin juga terlibat obrolan. mungkin hanya beradu pandang. bagiku, setiap waktu bersama kamu adalah menyenangkan.
dan karenamu
masih karenamu
aku disini :)

Minggu, 23 September 2012

masih dalam ingatan yang ku bungkam, rinduku berteriak

surat ini kutujukan kepada seseorang yang dari padanyalah segala inspirasi bermuara. jadi sudah berapa hari kita tidak bertemu? emm satu hari. baru satu hari ternyata. baiklah, ini memang baru satu hari, tapi kamu tau kerinduan yang menyesaki dadaku? ah sudahlah. aku malas membiacarakan tentang bagaimana kerinduan itu berusaha mengganti fungsi oksigen dalam paru-paruku.

oke. sudah tau belum surat ini mengarah kemana? aku yakin kata-kata pada paragraf diatas sudah begitu mewakili. kau tak perlu heran, aku memang menulis ini untukmu. aku menulis surat ini didalam sebuah gua gelap, tempat persembunyianku. sebenarnya, sesekali aku ingin menelponmu, dan mendengar suara merdumu memanjakan telingaku, tapi apa daya, nyaliku terlalu ciut bahkan hanya untuk sekedar menekan nekan nomer handphonemu pada keypad. iya, aku pecundang yang jatuh cinta pada kamu.

kata-kataku berlebihan ya? coba kau simak setiap paragraf yang kutulis dengan jari yang gemetar ini yah. menulis surat ini tidak gampang, aku justru diganggu oleh pokok dan inti dari suratku sendiri, kamu. 

oke, langsung saja, kupikir kamu adalah seorang pintar yang tak akan membuang waktumu hanya untuk membaca kata-kata berserakan dengan makna tersirat dariku, seorang pengagum yang gila dan candu akan dirimu. aku kelu didekatmu. beku. bungkam. hanya mataku yang liar memperhatikanmu sedari jauh. setiap gerak gerikmu tak ada yang lepas dari pandangan mataku, dan masih untukmu pula, aku tetap berdiri, jauh darimu, karena didekatmu, aku beku.

jadi, bagaimana surat ini bisa tersapu oleh sepasang mata indahmu? apa aku yang harus mengantarkannya langsung? atau kamu akan menemukannya terselip di bukumu seperti yang biasa ada dalam sinetron? ah, aku mengkhayal terlalu jauh ketika kamu meresapi setiap sel otakku.

Aku sering berdoa Berdoa agar Tuhan mengirimkan kekuatan padaku untuk dapat jujur padamu

Padamu dan pada diriku mengenai apapun yang sedang mengusikku
Banyak pertanyaan menghampiri kemudian..Apakah yang terbaik jika aku diam? Apakah yang terbaik jika aku terus memendam? atau...Apakah yang terbaik jika aku ungkapkan agar pertanyaan lainnya padam?

Stephanie Litha

Jumat, 21 September 2012

kepada kamu... kekagumanku bertuan


aku temukan kamu diantara segelintir orang hebat
dimana kebanggaan menyelimuti wajahmu
lelah dan capek, ikut menoreh pada senyummu
namun tapak menawanmu, tetap yang paling melekat

aku pernah bertabrakan pandang dengan matamu
sekilas saling tersenyum
lalu bias kharismamu terpancar dari kedua ujung
bibirmu yang membentuk senyum indah.

lalu aku tersentak kagum
anganku membentuk mengharapkan kamu
setiap hari ku bongkar hanya untuk bisa menemukan senyummu
mataku liar memandang
mencari kamu diantara ratusan orang yang memenuhi lapangan

lalu kebahagiaan membuncah dihatiku
saat kutemukan lagi mata itu
senyum itu,
ada pada wajahmu yang menawan

lagi dan lagi,
aku terperangkap dalam khayal yang kucipta sendiri
kamu membawaku mengais-ngais waktu
berharap menemukan saat dimana mataku bertemu matamu lagi,

kini....
aku mungkin akan kehilangan kesempatan
meski kita berada pada langit yang sama
namun waktu kita beradu padang mungkin tak akan kutemukan lagi

kamu dengan kesibukan dan duniamu.
aku dengan kesibukan dan masih pikiran tentang kamu.
tentang bagaimana mengagumimu menjadi sebuah candu bagiku
tentang bagaimana aku mencari waktu pertemuan kita..

aku mengagumimu,
dan matamu, pasti tau itu.

Rabu, 12 September 2012

Tuhan, aku jatuh cinta padanya

Tuhan, aku jatuh cinta kepadanya. 
aku mengerti dia tidak merasakan hal yang sama, bahkan tidak tau tentang perasaanku ini, tapi aku hanya ingin terus bersama dia.
dia membuat duniaku seperti dongeng yang berubah menjadi kenyataan.
imajinasiku bermain begitu bebas ketika dia menggenggam tanganku.
kami sama-sama suka bermain kata. 
ketika aku jadi bunganya, dia mungkin bukan kumbang yang menghisap madu, tapi "tukang kebun" yang senantiasa merawat dan menjagaku.
aku jatuh cinta pada dia lewat pertemuan yang luar biasa ini Tuhan.
Tuhan, aku jatuh cinta padanya.
sayangnya, harus aku akui mungkin bukan dia orangnya.
bukan dia yang Kau pilih untuk menemaniku untuk melewati batas umur yang telah Kau takdirkan
mungkin pula,
aku terlalu biasa untuk mahlukMu yang hampir sempurna itu Tuhan.
Tuhan, aku jatuh cinta padanya.
pada dia yang membuatku percaya bahwa kebahagiaan itu nyata.
pada dia yang memperkenalkanku perasaan "galau"
pada dia yang mengusik mimpiku dengan senyumnya.
Tuhan, aku jatuh cinta padanya.
tapi aku tak berani mengakui. cintaku malu.
lalu bersembunyi dibalik tameng persahabatan yang begitu kujaga.
apa aku salah tak mengakui Tuhan?
apa aku bodoh tak berucap cinta padanya?
ah Tuhan...
Aku jatuh cinta padanya.
pada dia yang ternyata mencintai tulang rusuknya, yang bukan aku.

Selasa, 11 September 2012

Selamat september, ibuku...

"ibuku adalah sosok wanita yang tegar. setiap subuh, sebelum memulai aktifitas, lututnya bertelut disamping tempat tidur. mengucap setiap doa dan menjadikan aku serta kedua adikku sebagai pokok doanya. jam empat subuh, ibuku bersiap dengan pakaian seadanya, diusianya yang hampir setengah abad, setiap pagi dia mengayuh sepedanya dengan perlahan, menyusuri jalan setapak didesa. ya, ibu adalah salah satu buruh tani paling tua di desa kami. meski sudah Tua semangatnya untuk menyekolahkan kami selalu muda. dia berusaha sekeras mungkin agar kami mampu berhasil.
"Nak, ibu memang cuma petani. namun akan ibu lakukan apapun demi keberhasilanmu dan kedua adikmu" kata ibu sambil membelai rambutku. 
"iya bu, terima kasih atas perjuanganmu, tak akan kusia-siakan semuanya" aku menjawab dengan menahan air mata sekuat mungkin. 
bayangan ayah melintas kabur disepasang mataku. ayah meninggal karena terlalu keras bekerja. lalu ibuku, bertahan sendirian dan membesarkanku, meski harus merayap di kawat, berdarah-darah. kulitnya yang legam setiap hari tersiram oleh terik matahari, namun tak juga menyurutkan niatnya. dia pekerja keras, dan sangat taat beribadah. tak jarang ketika dia selesai berdoa, aku menemukan bekas air matanya di lantai gubuk kami yang dingin."

tinggal ingatan itu yang masih tertancap kuat diingatanku. sudah hampir 10 Tahun sejak kepergian ibu. aku dan adik-adikku sudah sangat mapan. namun sebelum kuraih semuanya, ibu menutup mata pada september kelabu yang dibanjiri air hujan saat itu. tangannya yang renta masih sempat membelai rambut diana remaja, ya aku. september merenggut belaiannya dari rambutku. ibu.. ketika bertemu september, aku merasa seperti ingin menarikmu kembali kedunia ini. aku merindukanmu ibu. 

"ibu"

ibu
aku tau kamu bahagia disana..
aku yakin Tuhan menempatkanmu di tempat yang paling indah
kamu merindukanku?
PASTI! sama seperti aku merindukanmu.

ibu, 
langit september tahun ini tak jua menurukan hujan
apa karena tak ada yang perlu ditangisi?
ah, ibu...
kerinduanku padamu selalu kutangisi
tak hanya pada september,
tapi juga dibulan lain.

ibu, 
aku rindu september kita, kamu masih disini
ketika pelukmu menghangatkan september yang diguyur hujan
dan ketika tawamu
masih memecah hening kita.

selamat september, ibuku
wanita kuat yang kini dipeluk bumi"


-Kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya, menyinari dunia-




Minggu, 09 September 2012

lagi dan lagi... aku merindukanmu

aku menulis ini untukmu...
kamu pernah merasa merindukan seseorang sampai dadamu terasa begitu sesak dan paru-parumu kesulitan menangkap oksigen yang berada disekitarmu saat itu? apa kamu juga pernah, membanjiri kamarmu oleh air mata dan kenangan manis yang terasa pahit ketika diingat?
ya, aku melakukannya sekarang.
mengingat setiap kenangan yang semakin jelas terlihat di bulir kecil air mataku yang meluncur bebas dari pipi.
sudah berapa Tahun? ah, aku tidak mengingat, dan juga tidak menghitung, aku tidak pernah perhitungan dalam mencintaimu.
aku masih merenung. sempat berpikir dan bertanya kenapa Tuhan menciptakan memory yang begitu kuat diotak manusia. dan kurasa memory otakku dipenuhi semuanya olehmu.
oleh kamu yang tak lagi kuketahui keberadaannya. oleh kamu yang tak lagi kudengar kabarnya. oleh kamu, ah.... oleh kamu yang senyumnya begitu kurindukan.
terakhir kudengar kau keluar dan pergi merantau. ah. penyesalan bertubi-tubi selalu menghantamku ketika membuka ingatan kembali tentang kamu.
orang sekarang menyebutnya galau ya? bukan.. aku bukan galau. aku hanya merasakan sakit ketika mengenangmu...
iya. merindukan dan mengenangmu menjadi dua hal yang tak ingin kulakukan lagi. tapi..... ah, ketika aku tak merindukamu, kamu malah hadir dimimpiku. nakal!

Rabu, 05 September 2012

perpisahan itu kenyataan kita

aku tidak mengerti apa yang tengah terjadi diantara kita. seperti ada rasa bosan yang membuncah begitu dalam pada lembaran cerita kita.

kamu : "van, kamu tidak merasa aneh pada hubungan ini?" katamu sambil mengerjap-ngerjapkan mata padaku di taman sore itu. aku tercenung. bingun harus menjawab apa pada kamu yang masih menatap penuh tanda tanya mengharap jawab dariku.

aku: "tidak" aku menjawab sekenanya. kepalamu berbalik ke arahku dengan wajah meringis.

kamu : "aku rasa kamu terlalu sibuk dengan hidupmu sekarang"

aku: "tidak juga. bukannya kamu yang terlalu sering meninggalkan hubungan kita yang lebih sering didominasi olehku?"

kamu : "aku tidak pernah meninggalkan van. aku sibuk mencari kamu yang dulu"

mataku menatap tajam pada wajahmu. sore itu. sepertinya senja sedang berpagut pada sepi yang hebat. aku jelas mngerti kemana arah pembicaraan kita ini. namun ku pilih diam. setidaknya agar otakmu tak berpikir akan terjadi kehancuran pada hubungan yang kita bangun susah payah selama tiga tahun ini.


aku : "aku mau pulang. mau mengantarku?" aku sengaja ingin berpisah sejenak. agar tak terjadi perpisahan selamannya.

kamu : "baiklah"

diatas motor, sepasang hati kita mungkin sedang dipenuhi pertanyaan yang sama. keanehan yang satu persatu muncul. pertanyaan yang hanya bertahan dalam kepala. ah tiba-tiba aku merindukan masa saat kita pertama kali bertemu. saat itu, aku dan kamu lupa apa itu kesedihan. perjalanan selama sepuluh menit terasa seperti satu jam, aku dan kamu tak membicarakan apapun. hening kita, meski didominasi oleh bising kendaraan, tetap terjaga baik. sesekali kukendorkan pelukanku pada pinggangmu. tak kudengar protes seperti yang biasa keluar dari mulutmu. ah sayang, apa cintamu untukku juga sudah mulai mengendor?

kamu : "sudah sampai."

aku : "oh iya. terima kasih. hati-hati dijalan"
ucapan terima kasihku hanya mendapat anggukan dan senyum tipis dari wajahmu. kamu menghilang diujung malam. aku melangkah gontai memasuki kamar

di kamar, aku melihat foto-foto kita. aku dan kamu. kenanga itu seakan menyilet-nyilet hatiku. aku merenung. apa setelah bertahan setelah sejauh ini. aku harus merelakan kamu sayang? air mata mengalir hebat di pipiku. aku sungguh tidak pernah membayangkan kita akan seperti ini. terlalu jauh melangkah, lalu dipaksa berhenti. aku sakit.
malam ini aku mendoakan hubungan kita. hatiku dan hatimu. semoga tak akan ada perpisahan yang terjadi. aku menutup doa dengan air mata.

keesokan harinya. aku masih lesu. selesu hubungan yang kita jalani. hari ini sabtu. biasanya kamu akan mengajakku berlari ditaman, kemudian bermain dengan anak-anak. sudah jam 10, tak ada tanda kehadiranmu. kuhabiskan waktu dalam kamar, berselancar didunia mayaku. sesekali kumasuki Timeline twittermu, kuiintip wall facebookmu. kulihat foto-foto kita disana. kulihat postingan dan mention kita. kulihat emoticons cium, peluk, cubit, yang berserakan di timelineku dan timelinemu. sayang, postingan itu, sebulan yang lalu. saat aku merasa semua baik-baik saja, tapi sepertinya, ah... air mataku jatuh lagi.
hari sabtu. kulewati tanpa kabar darimu. dengan egois, aku menolak mencari dan menanyakan kabarmu.

hari minggu. kucek handphone, tak ada ucapan selamat pagi dari telpon, sms maupun bbm. aku menatap lesu. apa kamu lupa aku sayang? air mataku kembali jatuh. aku tak bisa hitung sudah berapa kali aku menangis selama dua hari ini. aku merasa kehilangan kamu. sangat kehilangan kamu. kamu dimana? dengan lesu aku bersiap-siap kegereja. di gereja. hubungan kita menjadi pokok doa yang kuteriakkan pada Tuhan. dengan air mata yang tak tertahan aku menangis di hadapan-Nya. apa kamu melakukan hal yang sama sayang? ah entahlah. yang jelas, aku mau memperjuangkan kita. sejauh ini.

sepulang gereja dengan hati yang sedikit tenang, aku berbaring dikamar. kuputuskan untuk tidur saja seharian. dan hari itu. tetap tak ada kabar darimu. aku merutuk, ingin kucari kamu. tapi sudahlah, kupikir kamu butuh sendiri.

hari senin. aku bangun kesiangan. dimejaku sudah ada surat. dari kamu.

"selamat pagi. semoga kamu tidak bangun kesiangan pagi ini. aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. kutunggu kamu ditaman. jam 5 sore. jangan menelponku. aku hanya ingin kamu datang tepat waktu"

walau tak ada nama pengirim, aku tau itu kamu. aku bergegas untuk bersiap-siap. sebelum ke taman, aku berdoa pada Tuhan, untuk semua hal terbaik yang terjadi. dan minta kekuatan untuk semua hal terburuk. kehilangan kamu.

ditaman...

kamu : "hai.."

aku : "hai..."

kamu : "kamu cantik"

aku : "jadi, apa yang ingin kmu bicarakana?"

kamu : (diam sejenak, kemudian berdeham) hmmm.. van, dua tahun aku sama-sama kamu. kamu jadi wanita paling berkesan dalam hidupku.

aku : "lalu.."

kamu : "aku tau ini bukan hal yang mudah, tapi sepertinya kita harus saling melepaskan. aku sadar. ada ketidakcocokan diantara kita yang tidak bisa kita paksakan. atau malah semakin melukai kita, jike terus dipaksa"

mataku berkaca-kaca. sepertinya hari ini terakhir aku duduk ditaman ini.

aku : "maksud kamu?"

kamu : "kita selesai."

aku : "kenapa?"

kamu : "aku mencintai wanita lain. dia tidak secantik kamu. tapi pelukannya menghangatkanku. wanita itu datang tepat disaat kamu sudah jauh dariku."

aku : "kamu berkhianat? kamu serius?"

kamu : "aku tidak berkhianat. aku belum memintanya menjadi kekasihku sebelum memutuskanmu. aku pikir, aku bukan yang terbaik"

aku : "baiklah". lalu air mata mengalir deras di pipiku. aku dan kamu memang tidak ditakdirkan bersama. kita harus saling melupakan. kamu dengan wanita pilihanmu, dan aku. nanti. dengan lelaki pilihanku. aku remuk. sejauh ini kupertahankan, dan akhirnya harus kulepas. seandainya tak ada kenangan yang mengikatku. dengan gampang kutemukan penggantimu. tapi kamu menancap terlalu kuat. dan aku. terlalu lemah.

cakra khan-harus terpisah
"Ku berlari, kau terdiam, ku menangis, kau tersenyum
Ku berduka, kau bahagia, ku pergi, kau kembali
Ku mencoba meraih mimpi, kau coba tuk hentikan mimpi
Memang kita takkan menyatu"