#30harimenulissuratcinta

#30harimenulissuratcinta

Selasa, 05 Maret 2013

semilir angin bertiup lirih menyapu beberapa rambut yang terlepas karena ikatan tak rapi itu. siang ini tampak seperti subuh, mentari seakan kehilangan cahayanya, mendung yang merajai langit, mengelupas semua kerapuhan gadis itu secara perlahan.

dagunya ditekukkan diantara kedua lutut. dia menengadah kelangit, mungkin sedang bercakap-cakap. matanya mengerjap-ngerjap seakan sedang mengartikan sesuatu. sesekili, dia melirik risih pada hamparan rumput gemerisik yang riuh mengganggunya. bola matanya hitam legam, sama seperti helai-helai rambutnya yang dibelai lembut angin.

sedetik kemudian, gerimis mulai mementaskan tariannya. mereka berlomba-lomba untuk menjatuhkan diri didepan gadis bermata sendu itu. kedua ujung bibir gadis itu tertarik, membentuk senyuman serupa lengkungan pelangi. beberapa tetes hujan, juga ikut menetes lewat bola matanya yang lembab.
tidak pernah ada yang tau perasaannya. setidaknya, itu yang dia rasa.

beberapa percikan gerimis yang sudah berganti rupa menjadi deras yang menimbulkan kenangan, tampak menampar jari-jari kecilnya, gadis itu meringis, lalu kembali tersenyum.

"katamu, saat hujan deras, aku dibolehkan untuk rindu padamu. mungkin ini alasannya, kenapa aku begitu mencintai hujan. hujan bukan hanya sekedar cuaca. hujan adalah pengingat kenangan manis paling pahit. hujan adalah cara tentang bagaimana hatiku selalu patah. hujan adalah suara alam paling merdu yang Tuhan ciptakan" gadis itu bergumam sendiri.

lalu kembali merunduk menikmati pakaiannya yang mulai ikut dibasahi oleh hujan.

seorang laki-laki, dengan payung bening. sedari tadi memperhatikan gadis sendu itu. mata tajamnya memperhatikan setiap mili pergerakan gadis yang tak juga bergeming padahal, hampir seluruh tubuhnya sudah basah.
laki-laki itu berjalan pelan, menghmpiri gadis yang sedari tadi melamun dan sibuk dengan pikirannya sendiri.

"tidakkah kau sadar bahwa seluruh tubuhmu sudah basah?" laki-laki itu melontarkan kalimat dari bibirnya yang sedari tadi mengatup.

gadis yang sedari tadi merunduk itu kini menengadah dan melihat siapa yang berbicara dengannya.

"bukan urusanmu" jawab gadis itu ketus

"memang bukan urusanku. tapi nanti kau sakit. dan kau hanya sendirian disini. bisa-bisa, kalau kau pingsan tak ada yang menolongmu" lelaki itu tetap berdiri sambil mengulurkan tangannya.

"aku bisa menjaga diriku sendiri."

"baiklah"

lelaki itu menutup payung beningnya, lalu mengambil posisi untuk duduk disebelah gadis itu.

"mau apa kau?"

"bukan urusanmu" jawab lelaki itu sambil memperbaiki posisi duduknya.

"dulu, ada seseorang yang juga menemaniku disini. tempatnya persis. ditempat yang kau duduki sekarang ini." entah apa yang ada dibenak gadis itu, sehingga tiba-tiba me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar