#30harimenulissuratcinta

#30harimenulissuratcinta

Sabtu, 22 November 2014

"give yourself credit lah steph"

katamu malam ini sambil mengusap air mata yang terus mengalir di kedua belah pipiku. badanku bergetar, entah untuk apa. dingin malam, atau rasa tidak mengenakkan yang menggempur tubuhku beberapa waktu terakhir ini. aku tidak berucap apa-apa. kamu yang seolah mengerti menarikku kedalam pelukmu.

ah... betapa aku rindu pelukan itu.

"jatuh cintalah pada orang yang mencintaimu. belajarlah mengungkapkan apa yang kau rasa. berkorban terlalu sering untuk kebahagiaan orang lain itu payah menurutku"

aku kembali tak menjawab. kamu tak tau seperti apa sakitnya menjadi aku. debar itu masih terasa sampai aku menulis tulisan ini. mungkin benar, aku hidup dalam duniaku sendiri. mungkin benar, akulah yang terlalu delusional. aku berharap terbalas tanpa pernah memberitahu sebelumnya.

dadaku dipenuhi rasa sesak. seperti ingin berlari dan meninggalkan semua yang ternyata tak menganggap pengorbananku penting.
ah bicara apa aku ini, bukannya peranku memang selalu salah dalam dunia percintaan?
seharusnya aku cukup sadar bahwa aku tak secantik itu untuk dengan mudah mendapatkan perhatian lelaki, aku tak seanggun itu, aku tak selembut itu. aku kurang. aku tak punya bentuk tubuh yang bagus. proporsi wajahku pun tak terlalu bagus. aku tau betul tak ada lelaki yang menginginkanku untuk mengisi hidup mereka.

aku tak lebih dari rumah sakit. hatiku adalah tempat semua orang berobat. lalu ketika mereka sembuh, dengan bahagia mereka meninggalkanku. sayang, aku terlambat sadar. sayang selama ini aku terlalu berangan terlalu tingi. seperti kurcaci yang jatuh cinta pada putri salju, atau seperti ular kepada hawa.

aku masih tak mengerti apa yang kutuliskan. setidaknya, disini aku merasa jadi diri sendiri. disini aku bebas bercerita.

sungguh tak ada yang salah dengan ini semua. hanya aku yang terlalu bodoh. berharap yang tinggi tapi tak punya tangga yang cukup panjang untuk menggapai semua yang kuharapkan.

everything seems broken....

aku masih menahan aliran mataku agar tadi tak jatuh deras. sayangnya aku terlalu rapuh dan tak punya daya lagi.

meski kamu masih disitu, aku memilih untuk pulang lalu merenungkan semuanya.
terimakasih sudah mendengarkan semua yang ingin kukatakan,

sayang,

bukan kamu yang membuatku seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar