#30harimenulissuratcinta

#30harimenulissuratcinta

Selasa, 14 Agustus 2012

patah

langit-langitku terasa runtuh
tanah yang sedang kupijak retak saling melepas
ada badai yang mengintip disebalik langkahku
orang menyebutnya air mata yang maya

bumi gelap.
pandanganku hitam
aku berjalan perlahan-lahan. tersaruk-saruk.
kupegangi hati yang kini tak lagi berbentuk.
lebih mirip serpihan.
tanganku penuh darah oleh lukanya.

mataku seakan belum memaafkan
bendungannya jebol. semua bulir-bulir yang sedari tadi kutahan
meluncur dengan bebasnya dipipiku.
rongga dadaku pun semakin sulit menangkap udara
daerah disekitarku mulai banjir oleh air mata.

entah siapa yang membuatku begini.
AKU? KAMU? CINTA? ATAU PERPISAHAN?
aku mengamuk seadanya
berteriak keras pada badai yang seolah-olah tertawa melihat air mataku.

hujan turun, menghujam laraku dengan murka.
kubiarkan tetes-tetesnya semakin menusukku perih
air mataku bersatu dengan peluh keringat dan hujan yang menetes bersamaan
aku tak mengerti
hanya tau kalau hatiku terluka terlalu dalam.

kemana kamu sayang?
kemana perpisahan membawamu pergi?
tak kulihat bayangmu menghampiri ditengah rasa sakit yang mendera.
perih dan tiba-tiba.
aku benar-benar tak ada kesiapan untuk menghadapinya.

kenapa tak bilang bahwa sepagi ini kita akan berpisah?
jika saja kau bilang,
paling tidak aku tak akan membiarkanmu merusak hatiku sayang.

tapi aku terlambat.
bias-bias senyum dan kenanganmu di otakku,
menjadi pembunuh berdarah dingin
yang kemudian menyayat-nyayat hatiku.

semangatku patah.
hatiku patah
harapanku patah.
lalu apa yang kau sisakan dari kepergianmu selain patahan?

baru kemarin kita bersama-sama membingkai sebuah mimpi.
ternyata semua kau patahkan lagi.
haruskah kepergianmu membuatku patah.
beritahu aku kalau kau menemukan cara bagaimana menyatukan patahan ini...
bagaimana aku akan berjalan?
aku patah. remuk. lalu hancur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar