#30harimenulissuratcinta

#30harimenulissuratcinta

Selasa, 11 September 2012

Selamat september, ibuku...

"ibuku adalah sosok wanita yang tegar. setiap subuh, sebelum memulai aktifitas, lututnya bertelut disamping tempat tidur. mengucap setiap doa dan menjadikan aku serta kedua adikku sebagai pokok doanya. jam empat subuh, ibuku bersiap dengan pakaian seadanya, diusianya yang hampir setengah abad, setiap pagi dia mengayuh sepedanya dengan perlahan, menyusuri jalan setapak didesa. ya, ibu adalah salah satu buruh tani paling tua di desa kami. meski sudah Tua semangatnya untuk menyekolahkan kami selalu muda. dia berusaha sekeras mungkin agar kami mampu berhasil.
"Nak, ibu memang cuma petani. namun akan ibu lakukan apapun demi keberhasilanmu dan kedua adikmu" kata ibu sambil membelai rambutku. 
"iya bu, terima kasih atas perjuanganmu, tak akan kusia-siakan semuanya" aku menjawab dengan menahan air mata sekuat mungkin. 
bayangan ayah melintas kabur disepasang mataku. ayah meninggal karena terlalu keras bekerja. lalu ibuku, bertahan sendirian dan membesarkanku, meski harus merayap di kawat, berdarah-darah. kulitnya yang legam setiap hari tersiram oleh terik matahari, namun tak juga menyurutkan niatnya. dia pekerja keras, dan sangat taat beribadah. tak jarang ketika dia selesai berdoa, aku menemukan bekas air matanya di lantai gubuk kami yang dingin."

tinggal ingatan itu yang masih tertancap kuat diingatanku. sudah hampir 10 Tahun sejak kepergian ibu. aku dan adik-adikku sudah sangat mapan. namun sebelum kuraih semuanya, ibu menutup mata pada september kelabu yang dibanjiri air hujan saat itu. tangannya yang renta masih sempat membelai rambut diana remaja, ya aku. september merenggut belaiannya dari rambutku. ibu.. ketika bertemu september, aku merasa seperti ingin menarikmu kembali kedunia ini. aku merindukanmu ibu. 

"ibu"

ibu
aku tau kamu bahagia disana..
aku yakin Tuhan menempatkanmu di tempat yang paling indah
kamu merindukanku?
PASTI! sama seperti aku merindukanmu.

ibu, 
langit september tahun ini tak jua menurukan hujan
apa karena tak ada yang perlu ditangisi?
ah, ibu...
kerinduanku padamu selalu kutangisi
tak hanya pada september,
tapi juga dibulan lain.

ibu, 
aku rindu september kita, kamu masih disini
ketika pelukmu menghangatkan september yang diguyur hujan
dan ketika tawamu
masih memecah hening kita.

selamat september, ibuku
wanita kuat yang kini dipeluk bumi"


-Kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
hanya memberi tak harap kembali
bagai sang surya, menyinari dunia-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar