#30harimenulissuratcinta

#30harimenulissuratcinta

Jumat, 21 Juni 2013

aku ingin, rasa ini mati.

aku bersembunyi di balik sepi

meringkuk dalam hangat selimut sunyi

dan cinta yang hebat ini, tertutup oleh tembok tinggi pertemanan

setidaknya itu menurutmu.

awalnya aku juga merasa demikian. bagiku semua hanya pertemanan yang tak perlu dibumbui segala macam kisah untuk membuatnya cinta. ya, aku tak bisa menyalahkan diri sendiri, bahkan ketika kusadari aku punya perasaan yang lain. hatiku ditumbuhi oleh cinta yang sudah lama ku kubur dan tak ingin ku kenali lagi.

semua kedekatan kita. canda tawa kita saat bercerita tentang apapun. semua senyum yang kucipta dengan sempurna, namun pahit getir berkali-kali menghujam hatiku. sungguh, senyumku padamu adalah tulus, hanya terlempar begitu pedih. seperti rasa yang aku tahan, rasa yang terbalut pahit dan sepi karena kusimpan sendiri.

aku... aku tidak bisa menyampaikannya. seperti apa yang sering ku katakan, aku tak ingin menghancurkan apa yang selama ini sudah kita bangun dengan baik, iya tembok pertemanan yang begitu tinggi dan angkuh sehingga sulit bagiku menggapainya. dan pada akhirnya, aku tinggalkan perasaan ini pada tempat yang dipenuhi ragu, kalut dan takut pada rasa itu sendiri. sambil berharap, mungkin suatu hari nanti, rasa itu akan mati dengan sendirinya, jadi aku tak perlu mengubur dia dengan paksa, rasa yang belum mau mati.

semuanya berubah, aku semakin merasa rasa ini semakin hebat dan menanti waktu untuk meledak. membentur-benturkan dirinya di dinding hatiku, membuatku hampir gila kehilangan kewarasan.

"Sekali lagi kukatakan ! aku ini hanya temannya bodoh!!!" pekikku didepan kaca.

aku kembali terdiam, tersudut meringkuk pada dinding pengecut. dinding egois yang begitu kuat memisahkan hati ini dari apa yang ingin dirasakannya. aku simpan dengan erat sayang, rasa yang terlanjur pekat ini.

kepalaku tertunduk mengamati. mata ini mengutarakan perasaannya lewat deras air mata yang tak mampu kutahan lagi. aku melihat tempat itu, tempat yang sering kita lewati berdua dengan perasaan ringan tanpa cinta, tawa kita, dan ribuan kenangan tak terbantahkan masih tertahan disana. seakan menyoraki, mendorongku untuk mencoba menghancurkan megah tembok pertemanan yang sudah kita bangun begitu rapi.

sial sekali, rasa yang ku kurung ini tak kunjung mati, malah aku yang hampir mati. aku tak sanggup lagi, jika memang harus berhenti seperti ini, aku harus rela hati.

kuseret kaki yang enggan melangkah dari tempat ini, dengan kepala tertunduk segala macam pikiran menyeruak tumpah ruah tanpa mampu kucegah. terlalu banyak kata-kata dan kemungkinan yang berceloteh di benakku.

akhirnya kupinggirkan diriku. sekali lagi, aku berharap cinta ini mati. aku dibelenggu sendiri oleh hatiku, dan tak kuizinkan kau menyelamatkanku, karena aku, terlalu pengecut untuk mengaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar